Sejarah
Gagasan awal dari Batik Tin berawal pada tahun 2020, ketika muncul inisiatif dari warga untuk menghadirkan sebuah identitas budaya baru bagi kampung mereka. Ide ini kemudian disampaikan ke pihak kelurahan dan disambut dengan antusias. Setelah melalui berbagai tahapan, termasuk pelatihan membatik bagi warga setempat, akhirnya pada tahun 2022 Batik Tin resmi diperkenalkan kepada publik. Peresmiannya dilakukan oleh Wali Kota Surabaya, Bapak Eri Cahyadi, sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat melalui seni.
Dalam proses pengembangannya, pihak kecamatan, kelurahan, dan perangkat kampung diundang untuk ikut serta dalam proses penamaan batik ini. Nama "Batik Tin" sendiri diusulkan oleh Camat setempat sebagai simbol kebersamaan antara masyarakat dan perangkat wilayah. Yang menarik, desain awal dari Batik Tin justru berasal dari gagasan Ibu Camat yang memiliki ketertarikan kuat terhadap seni dan budaya lokal. Hal ini menunjukkan bahwa Batik Tin bukan hanya hasil dari kerja kreatif warga, tetapi juga bentuk kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah setempat.
Meskipun namanya merujuk pada buah tin, motif Batik Tin tidak terpaku pada satu bentuk saja. Justru, variasi motif dikembangkan agar lebih dinamis dan mencerminkan keberagaman budaya Surabaya. Motif-motif seperti tarian remo, ikon kota Surabaya, hingga motif klasik seperti parang juga dihadirkan sebagai variasi, agar Batik Tin bisa lebih kaya makna dan tidak monoton. dsb.
Visi misi
Batik Tin hadir bukan sekadar sebagai produk kain bermotif, melainkan sebagai perwujudan semangat untuk melestarikan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Visi utama dari Batik Tin adalah memperkuat identitas lokal melalui pengembangan batik sebagai medium ekspresi budaya. Melalui pelatihan dan keterlibatan masyarakat, Batik Tin juga bertujuan memberikan edukasi kepada warga sekitar mengenai nilai historis dan artistik dari tradisi membatik.
Lebih dari itu, Batik Tin menjadi sarana pemberdayaan sosial. Dengan terlibatnya warga dalam proses produksi, dari menggambar pola hingga mewarnai, masyarakat tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga pencipta warisan budaya. Harapannya, Batik Tin bisa menjadi simbol bahwa batik bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga bagian dari masa depan yang dapat terus berkembang tanpa meninggalkan akar tradisinya.